Sungguh katro sekali diriku ketika pertama kali naik pesawat KLM Royal Dutch Airlines. Dulu biasanya naik pesawat AirAsia, Tiger Air atau Lion Air tapi kali ini berkesempatan naik pesawat Belanda KLM. Kalau tidak diajak sama Bang Wawan dalam misi belajar masakan khas Thailand di Malaysia, mungkin aku tidak akan pernah naik pesawat KLM tersebut alasannya sederhana, setahu aku pesawat KLM itu mahal padahal harganya tidak jauh beda dengan pesawat komersil lainnya.
Di pintu masuk kami disambut oleh pramukari dan pramugara pakle bule yang sangat ramah. Memang sih Pramugari pesawat KLM kebanyakan ibu-ibu yang sudah relatif tua, sementara pramugara kelihatan lebih muda dan fresh. Pertama masuk kedalam pesawat langsung tercengang melihat besar dan luasnya pesawat tersebut. Dari pintu masuk ke arah kiri untuk kelas bisnis deket dengan pilot, ga kelihatan tempat duduk dan fasilitas di sana.
Kami yang kelas ekonomi di arahkan ke kanan, langsung terlihat kursi penumpang kelas (mungkin) semi bisnis berjejer misal 10A meja 10B lorong 10C meja 10D lorong 10E meja 10F. Di atas meja ada remote tv, majalah, head-free dll. Tempat duduk mereka juga lebih luas dan kaki bisa selonjoran. Ga tau berapa total tempat duduk untuk penumpang kelas semi bisnis ini yang pasti tidak begitu banyak tapi terlihat tempat duduknya sangat nyaman dah fasilitasnya oke banget. Tampak penumpang pesawatnya yang duduk di kelas tersebut kebanyakan orang-orang bule dan orang-orang bermata sipit.
Melewati semacam pembatas kelas penumpang pesawat KLM. Aku bersama rombongan bang Wawan, Pak Ijek dan Pak Edo kedua orang tersebut merupakan konsultan PT. Mandiri Sejahtera Cargo (MSC). Kebetulan dalam pesawat kami duduknya tidak bedekatan atau sejajal melainkan berpencar-pencar. Pak Edo dan Pak Ijek duduk berdekatan di nomer 19 E dan 19 D, bang Wawan ada di tempat duduk nomer 41 B hampir ujung atau di ekor pesawat dan sementara aku di nomer 21C tidak jauh ama Pak Ijek dan Pak Edo. Tapi bang Wawan minta tuker tempat duduk dan aku bisa apa? ya manut saja. 🙂
Setelah memastikan dan menemukan nomer tempat duduk, aku pun menyimpan tas punggu ke bagasi atas. Bagasi pesawat KLM tidak jauh beda dengan pesawat yang pernah aku naikin sebelumnya. Yang beda adalah dari tempat duduk yang lebih nyaman, tempat kaki lebih luas, ada fasilitas tv (bisa digunakan untuk nonton film, mendengarkan musik, membaca buku digital, game). Selain itu tv tersebut pun digunakan untuk menerangkan cara memakai sabuk pengaman, cara menggunakan pelampung dan cara menggunakan alat pernafasan jika terjadi kecelakaan.
Nah sungguh katronya aku pas mau mengoperasikan tv tersebut. Mau tanya kesebelahnya malu karena bahasa Inggrisku terbatas. Mau coba otak-atik sendiri malu salah karena dilihatin, akhirnya sampai di Bandara KLIA Malaysia aku ga memanfaatkan fasilitas tsb. Selain dari kekonyolan itu, sepanjang perjalanan akupun diam, terkadang pura-pura tidur atau malah tertidur. Pas pramugari lewat menawarkan makanan dan minuman sama aku pun ditolah karena takut disuruh bayar kaya pesawat-pesawat yang pernah aku naiki sebelumnya.
Dari pengalaman keberangkatan ke Malaysia menggunakan pesawat KLM dan balik juga menggunakan pesawat yang sama akhirnya aku beranikan diri menggunakan fasilitas yang ada, menerima tawaran minuman, menerima makanan yang diberikan dan membawa balik head-free. Kenapa aku membawa balik head-free? karena aku perhatikan penumpang yang lain juga membawa balik head-free tersebut. :))